radarhukum.online - Petani di Kecamatan Gondang punya cara sendiri mengkalkulasi modal untuk tanam berambang. Bahkan mereka cukup detail menghitung biaya pengeluaran dan pendapatannya kelak. Karena itu mereka sudah bisa memprediksi margin pemasukan ketika nanti panen.“Sekarang (Agustus, Red) harga masih di angka Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu, saat nanti di tempat kami panen harga bisa naik sampai Rp 20 ribu,” ujar Supardi, petani asal Desa Sumberejo, Kecamatan Gondang. petani 57 tahun itu memprediksi kenaikan harga berambang itu berdasarkan siklus tahunan. Dia menyebutkan, panen raya di tempatnya akan terjadi pada September nanti.
Supardi menilai, siklus harga pasar selalu berulang. Selain mengikuti masa panen, hal lain yang bisa menyebabkan kenaikan harga adalah meningkatnya permintaan karena momentum hari besar. Biasanya terjadi saat Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, atau Natal dan Tahun Baru.
Karena pada September nanti tidak ada peringatan hari besar maka prediksi mereka lebih pada siklus panen dan harga jual di pasar. Kalkulasi petani berambang di Kecamatan Gondang itu dibenarkan Suyatmi, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gondang. Dia mengatakan, para petani bisa mendapat untung sampai Rp 10 ribu per kilogram saat panen raya karena berpusat pada musim tanamnya.
“Mereka sudah menghitung semua cost saat masa tanam. Istilah mereka bonda-bandi,” ujar Yatmi. Yang jadi jadi bonda-bandi mereka tidak hanya kapan waktu panen yang tepat tetapi juga menghitung biaya pengeluaran mulai tanam hingga sebelum panen.
“Mereka sudah menghitung semua cost saat masa tanam. Istilah mereka bonda-bandi,” ujar Yatmi. Yang jadi jadi bonda-bandi mereka tidak hanya kapan waktu panen yang tepat tetapi juga menghitung biaya pengeluaran mulai tanam hingga sebelum panen.
Pengeluaran agak besar adalah sebelum tanam mereka harus membeli air dari petani yang punya sumur. Selain itu, juga pengeluaran untuk biaya pupuk. “Musim kemarau seperti ini membuat biaya pengeluaran di awal tanam sangat tinggi. Mereka menghitung semua biaya pengeluaran itu sebagai kerugian saat awal tanam,” imbuh perempuan asal Balonggebang itu kepada wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk.
Istilah rtugi di awal tanam itu karena petani harus menghitung besar biaya yang harus dikeluarkan. Mereka menghitung biaya pengeluarannya dari Juli-Agustus ini. Karena itu, targetnya mereka bisa panen saat harga sedang tinggi.
Yatmi menambahkan, panen raya di Kabupaten Nganjuk diprediksi pada September ini. Wilayah yang juga ikut panen ada di Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Bagor, dan sekitarnya. Bahkan, di beberapa kecamatan sudah ada yang mulai panen.(red.ci)
Yatmi menambahkan, panen raya di Kabupaten Nganjuk diprediksi pada September ini. Wilayah yang juga ikut panen ada di Kecamatan Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Bagor, dan sekitarnya. Bahkan, di beberapa kecamatan sudah ada yang mulai panen.(red.ci)
0 Komentar