Kemudian, sejumlah perahu berlayar secara bersamaan menuju ke tengah laut. Di sana, mereka sejenak menggelar upacara dan hormat ke bendera merah putih, milik masing-masing. Salah satu nelayan dari Sukolilo Baru, Madrifa (30) mengatakan, baru pertama kali merasakan upacara di tengah laut. Sebab, dia biasanya merayakan kemerdekaan dengan acara di rumah. "Pertama kali (upacara di tengah laut), sebelumnya tidak pernah. Biasanya merayakan dengan tetangga di kampung," kata Madrifa, ketika ditemui di
lokasi. Madrifa mengaku senang mengikuti upacara bendera bersama ratusan nelayan di Surabaya lainnya. Dia berharap kesejahteraan para pelaut bisa semakin terjamin. "Kurang lebih yang ikut ada 250 nelayan, 78 perahu. Senang, ada kemajuan dari para nelayan dan memupuk rasa cinta tanah air," jelasnya. Ketua Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Surabaya, Abdul Ghoni Muklas Ni'am mengatakan, upacara tersebut tidak digelar Kamis (17/8/2023) besok, karena ingin membuat momentum baru. "Kami memcoba membuat momentum. Kami ingin menanamkan semangat nasionalisme dan cinta kepada tanah air," kata Ghoni.
Ghoni menyebut, upacara itu juga sebagai ungkapan bersyukur para nelayan yang hidup dari hasil laut. Selain itu, juga sebagai pengingat untuk terus menjaga lingkungan agar tidak tercemar. "Terkejut, kagum, kaget, karena baru kali ini kita laksanakan. Walaupun ada sedikit ketidaksempurnaan, tadi kita lihat mereka belajar baris berbaris," jelasnya. (red.ci)
0 Komentar