Irigasi Mampet, Warga Desa di Kecamatan Mojo Kediri ini Gagal Panen

 


KEDIRI,  radarhukum.net - Cuaca ekstrem tidak hanya membuat warga di Dusun Baran, Desa Ponggok, Kecamatan Mojo, kesulitan air bersih. Sejumlah petani di lereng Gunung Wilis itu mengalami gagal panen karena air irigasi yang tidak mencukupi.

Informasi yang dihimpun koran ini menyebutkan, pengairan sawah di Desa Ponggok, Kecamatan Mojo itu berasal dari sumber di Desa Petungroto, Mojo. Debit sumber yang mengecil membuat saluran irigasi untuk pertanian kering. Sehingga, warga tidak bisa mengairi sawahnya. “Mengalir hanya saat musim hujan saja,” terang Jumirah, 50, warga Dusun Baran, Desa Ponggok, Kecamatan Mojo, sembari menyebut, air kali terakhir mengalir pada Mei lalu.

Terhentinya aliran air di saluran irigasi langsung membuat tanaman cabai milik Jumirah kering.

Dia pun gagal panen. “Saya menanam cabai April. Masih sering hujan dan saluran irigasi juga deras. Setelah itu langsung kering,” lanjut Jumirah.

Tanaman cabai yang sudah berbunga itu langsung rontok. Pemberian pupuk yang dilakukan beberapa hari sebelumnya tidak bisa lagi menolong. “Wis nggak bisa panen,” keluh Jumirah.

Hal serupa dialami Parlan 64. Petani Dusun Baran lainnya. Keringnya saluran irigasi membuat tanaman tebu miliknya tidak tumbuh. Dia pun harus menebangi tebu seluas 250 ru tersebut. “Kalau diteruskan malah tambah rugi. Rugi pupuk juga rugi tenaga,” sesalnya.

Selain Parlan dan Jumirah, petani lainnya di Dusun Baran juga banyak yang gagal panen. Termasuk mereka yang menanam padi. “Banyak yang mengeluh dan menanyakan bagaimana kondisi sumbernya. Ya tak jawab kalau airnya surut,” terang laki-laki yang mengurusi pembagian air di Dusun Baran dan dua dusun lainnya itu.

Untuk diketahui, warga di Dusun Baran, Dusun Karangwaru, dan Dusun Ponggok, Desa Ponggok, mengandalkan kebutuhan air bersih untuk minum dan mandi serta memasak dari sumber di Desa Pa mongan dan Desa Petung roto, Kecamatan Mojo. Mayoritas warga tidak memiliki sumur sendiri karena tanah mereka tidak bisa mengeluarkan air.

Di musim kemarau ini, debit air sumber di dua desa tersebut turun drastis. Sehingga, peng gunaan air diprioritaskan untuk warga setempat. Karenanya, warga Desa Ponggok kekurangan air bersih. Selain warga di tiga dusun itu, warga Dusun Tumpaknongko, Desa Ponggok lebih dulu mengalami kekeringan.

Setiap hari mereka mendapat kiriman air bersih dari Badan Penang gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri. Seperti kemarin, tim BPBD kembali mendistribusikan air sekitar 20 ribu liter. “Total empat tangki air bersih yang kami kirimkan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri Stefanus Djoko Sukrisno.

Total ada 114 kepala keluarga (KK) atau 345 jiwa yang mendapat dropping air bersih di sana. Selain mengirim air bersih, Djoko mengaku sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Kediri untuk pemasangan pipa dari sumber ke Desa Ponggok.

“Kalau untuk kekeringan sawah itu bukan ranah kami. Itu kewenangan Disper tabun (Dinas Pertanian dan Perkebunan),” lanjut Djoko sembari menyebut pemasangan pipa akan membuat air ke Desa Ponggok lebih lancar

Seperti diberitakan, warga Dusun Baran, Dusun Karangwaru, dan Dusun Ponggok, Desa Ponggok mengalami kesulitan air bersih selama beberapa hari terakhir. Setelah air sempat tidak mengalir sama sekali, Suparlan mengecek seluruh jaringan pipa yang mengarah ke desanya pada Rabu (7/8) sore. Hasilnya, ada akar pohon yang menyumbat pipa.

“Ternyata tidak hanya karena sumber yang airnya berkurang tapi pipa air juga buntet (tersumbat, Red). Jadi, airnya tidak bisa mengalir dan membuat sambungan terlepas,” terangnya.

Setelah penyumbat itu dilepas, aliran air relatif lebih lancar. Dia menilai untuk kebutuhan sehari-hari masih aman. “Walaupun tidak dikirimi air dari BPBD, sementara masih aman,” jelasnya.(Red.AL)

0 Komentar