FESyar Jawa 2024 Ditutup, Catat Transaksi Rp 4,70 Miliar dan 90.461 Pengunjung

 



SURABAYA,  radarhukum.net  - Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Jawa 2024 yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BI KPw Jatim) di Masjid Al Alkar Surabaya berhasil mencatatkan beberapa capaian.

Di antaranya jumlah pengujung yang mencapai 90.461 orang, mulai pembukaan di hari Jumat (13/9/2024) hingga Minggu (15/9/2024).

"Jumlah ini mencakup pengunjung yang hadir secara langsung di lokasi acara (Seminar, Talkshow, Showcase UMKM, Business Matching & Coaching, Donor Darah, Jalan Berkah, Lomba, Fashion Show), serta pengunjung (jamaah) yang menghadiri Kajian Senja Gus Iqdam dan Tabligh Akbar Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf yang setidaknya mencapai 84.122 orang," kata Erwin Gunawan Hutapea, Kepala BI KPw Jatim, dalam closing ceremony FESyar Jawa 2024, Minggu (15/9/2024) malam.


Kemudian ditambah pengunjung yang hadir secara online melalui platform www.fesyarjawa.com hingga Youtube Bank Indonesia Jatim yang mencapai lebih dari 6.339 orang.

Total transaksi penjualan produk UMKM yang melibatkan 140 UMKM secara online dan 153 UMKM secara offline selama penyelenggaraan FESyar Jawa secara keseluruhan hampir mencapai Rp 4,70 Miliar.

Sepanjang tiga hari pelaksanaan acara, telah dilakukan pula 92 sesi konsultasi Business Matching (BM), baik secara offline maupun online.

BM ini melibatkan 27 lembaga pembiayaan (11 perbankan syariah dan 15  lembaga ZISWAF), 3 e-commerce, dan 20 potential buyer (dalam dan luar negeri).

"Total transaksi Business Matching mencapai Rp 23,59 miliar, dengan rincian Rp 7,41 miliar Business Matching pembiayaan dan Rp 16,18 miliar Business Matching penjualan. Kami berharap pelaksanaan FESyar Jawa dapat terus mengakselerasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat regional sehingga mampu menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Erwin.


Sementara itu, dalam salah satu kegiatan talkshow yang bertema "Optimalisasi Gerakan Sadar Wakaf dengan Penguatan Digitalisasi", membahas tentang pentinnya literasi tentang wakaf kepada para milenial.

"Karena dengan jumlah populasi yang besar, milenial ini bisa menghasilkan dana wakaf yang sangat besar," kata Bobby P Manullang, Ketua Forum Wakaf Produktif, saat tampil dalam talkshow yang digelar di Masjid Al Akbar Surabaya, Sabtu (14/9/2024).

Lebih lanjut Bobby menyebut, milenial memang harus disadarkan pentingnya berwakaf. Karena mereka yang akan memegang peranan untuk perkembangan wakaf di masa depan.

“Milenial harus tahu berwakaf tidak harus dengan dana besar. Ada juga gerakan wakaf seharga secangkir kopi. Ini bukti bahwa uang kecil jika dikumpulkan bisa menjadi besar,” jelasnya.

Dia kemudian mencontohkan, hasil wakaf uang Rp 10 ribu dan Rp 20 ribu yang dilakukan milenial sudah menghasilkan beberapa rumah sakit.

Salah satunya adalah RS di Pesantren Tebuireng Jombang. Lewat digital banking, sejuta milenial berwakaf uang Rp 10 ribu.


"Menghasilkan Rp 10 miliar dan itu bisa untuk membangun rumah sakit. Kalau ini terus dilakukan, bisa tiga bulan sekali kita bangun rumah sakit,” terang Bobby.

Selain itu untuk keberhasilan wakaf tergantung cara pengelolaannya. Peran nadzir (orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf) sangatlah penting. 

Nadzir harus bisa selevel dengan manager investasi di sebuah perusahaan.


“Jika nadzir salah mengelola uang wakaf maka dampaknya akan menurunkan nilai dari uang itu. Padahal pengelolaan dana wakaf bisa untuk melaslahatan umat,” papar Bobby.

Ketua Asosiasi Nadzir Indonesia, Imam Nur Aziz, dalam kesempatan yang sama menambahkan, saat ini, anggota Asosiasi Nadzir sebanyak 2 ribu orang. Jumlah ini jauh dari harapan.

"Dukungan Bank Indonesia sekarang untuk mengedukasi pada nadzir agar kompeten di bidang sesuai agenda yang diusung bersama itu cukup penting. Sehingga kedepan nadzir memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan agar pengelolaan wakaf bisa baik dan berkembang pesat,” tambah Imam.(Red.Tim)



0 Komentar